Terlalu lama berada dalam kemiskinan, membuat bangsa ini merasa miskin itu adalah biasa, kalau engga miskin terasa aneh, selanjutnya kita akan berusaha melanggengkan kemiskinan itu sendiri. Suatu ketika melihat bahwa bangsa kita bisa kaya, kita justru tidak percaya.
Terlalu lama berada dalam kebodohan, menganggap “kebodohan” adalah hal yang biasa, bahkan terasa aneh kalau kita engga bodoh, lama lama kita betul betul yakin bahwa kita itu bodoh, suatu ketika melihat bahwa kita ternyata pintar….malah kita tidak percaya.
Terlalu lama dijajah, membuat kita merasa “kecil”, kita tidak percaya kalau manusia dianugrahi kemampuan yang sama oleh Tuhan, kalau ada sesuatu yang hebat pasti dari orang lain, pasti bangsa lain, kita tak mungkin bisa melakukan hal yang hebat, kehebatan adalah milik bangsa lain, sedangkan bangsa kita tidak mungkin bisa.
Bangsa kita terpuruk pada anggapan bahwa kita perlu di kasihani, perlu di bantu, perlu di hutangi, kalau tidak maka bangsa ini mati. Hanya sedikit putra putra bangsa ini yang percaya bahwa bangsa ini pintar, bangsa ini kaya, bangsa ini bisa.
salah satunya adalah : Dahlan Iskan.
Ide ide Dahlan Iskan mengalir seperti banjir bandang, menerjang bangsa pesimis ini, menggugah bangsa yang tengah terlena dengan hutang luar negri, membangunkan bangsa ini dari buaian Negara Negara penjamin hutang, angin segar Negara rentenir itu membuat bangsa ini lupa bahwa bangsa ini adalah sebuah bangsa yang seharusnya mandiri dan berdaulat…
Ketika Dahlan Iskan dengan brigade pertamina berusaha untuk mengatasi krisis minyak dengan cara mengoptimalkan lagi kilang kilang minyak yang ada, agar menambah pasokan minyak buat Negara. Disaat yang sama pemimpin kita justru menawarkan agar pengelolaan Blok Mahakam, yang konon salah satu yang terbesar di dunia, agar di kelola oleh negara asing, hasilnya tentu saja sebagian untuk Negara asing.
Para pemimpin bangsa ini tidak percaya bahwa kita bisa mengelolanya. Paradigma bahwa kita “pasti tidak bisa” melekat kuat di alam pikiran pemimpin pemimpin kita. Ketidak percayaan bangsa ini pada diri sendiri memang sudah mendarah daging.
Ketika Dahlan Iskan memperkenalkan BUS buatan Anak Negeri, maka serentak semuanya tidak percaya, Indonesia bisa bikin bus..? ahhh mustahil, kalau bisa itu pasti akal akalan saja. Sejak kapan Negara yang nenek moyangnya pelaut ini bisa bikin bus…? Kalau bikin perahu phinisi mungkin bisa.
Ketika kita butuh bus untuk penambahan armada trans Jakarta, justru pemimpin kita berpaling ke China. Kalau China, jangan di ragukan lagi, nenek moyangnya adalah Jengis-khan, pahlawannya adalah Sam Kok, banyak sekali jagoan kungfu disana, perguruan Siaw Liem Sie sudah terkenal ratusan tahun, secara historis china lebih meyakinkan, maka memang sebaiknya kita beli Bus dari China. Di jamin pasti bagus.
Pertanyaan sederhana adalah : Kapan bangsa ini mampu kalau tidak pernah di beri kesempatan, bukankah pengalaman adalah guru yang paling baik..? lagi pula apa sih susahnya bikin bus, kalau pesawat aja kita punya ahlinya..?
Perjuangan mengembalikan kepercayaan diri bangsa memang tidak mudah, landasan berpikir yang salah kaprah sudah terlanjur berurat berakar di benak pemimpin pemimpin negeri ini. Cara berpikir instant dan tidak adanya upaya kemandirian membuat bangsa ini selalu ingin membeli dan membeli, berhutang dan berhutang, karena membeli memang gampang, berhutang lebih gampang lagi. Lebih cepat dan lebih enak.
Jadilah Negara kita sebagai Negara konsumen, yang membeli semua kebutuhan pokoknya dari luar negeri. Dan berhutang hampir seluruh kebutuhan hidupnya juga dari luar negri.
Pada tahun 90 an kita mengenal kelompok negera Negara pemberi hutang pada kita yaitu :IGGI. Yang kemudian berubah nama dan berubah nama lagi, akan tetapi substansinya sama yaitu Negara pemberi hutang, sekaligus Negara pen”dikte” karena memang tidak ada makan siang yang gratis.
Rendah diri yang berlebihan, merasa diri sangat bodoh, terlalu memandang tinggi Negara Negara lain, berujung pada hilangnya kepercayaan pada bangsa sendiri. Tidak percaya akan kemampuan diri menimbulkan rasa frustasi dan lama lama malah mencibir dan mentertawakan bangsa sendiri. Persis seperti judul tulisan ini “ketika kita menertawakan kami”
Dahlan iskan adalah salah satu yang masih percaya, bahwa bangsa ini bisa berdiri sama tinggi dengan bangsa bangsa lainnya. Cara pandang bangsa ini yang salah memang harus di DOBRAK. Kepercayaan diri harus di pulihkan. Dahlan Iskan tak pernah menyerah walaupun di hina, dilecehkan, dan tidak di beri kesempatan. Tekatnya sudah bulat, menularkan optimisme kepemimpin pemimpin negri ini, dan memberikan bukti bukti bahwa “INDONESIA BISA”.
Memang tidak mudah, memang tidak gampang, akan tetapi itulah arti dari makna kata “DAHLAN” yang di ambil dari bahasa arab yang artinya “PENDOBRAK”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar